Selasa, 01 November 2011

Tradisi menangkap ikan paus bagi warga Lamalera

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
" Baleo , Baleo " demikian suara teriakan warga ketika melihat ikan paus di laut lepas. Suara bersambung bersahut sahutan. Anak anak kecil dan warga berlarian ke pantai. Sementara para awak paledang – kapal pemburu paus – bergegas mengeluarkan kapalnya dari garasi beratap jerami tepat di bibir pantai.


lamalera 7 

Tradisi menangkap ikan paus bagi warga Lamalera sudah turun temurun sejak ratusan tahun lalu. Selain paus mereka juga memburu ikan pari , manta dan lumba lumba. Ketika bangsa portugis datang menyebarkan agama Katolik, tradisi ini sudah dijumpai disana. Perburuan ikan paus disana bukan merupakan industri dan hanya untuk konsumsi sehari hari. Jadi jika sudah cukup, mereka tidak akan memburu paus yang lewat.

Kegiatan mereka dikategorikan aboriginal whaling, seperti suku suku Eskimo atau beberapa suku Indian Kanada atau Russia. Bahkan disini lebih primitif karena tidak menggunakan boat atau senapan harpun.
Paus yang diburu hanya jenis sperm whale yang panjangnya berkisar 12 - 20 meter dan sering muncul di perairan Lembata.

Umumnya sepanjang tahun mereka bisa saja berburu, seperti ketika kami datang akhir maret, mereka baru saja menangkap seekor paus beberapa hari yang lalu. Sehingga sisa sisa daging fillet yang dijemur masih ditemui sepanjang pantai. Namun secara resmi musim berburu dimulai dengan ritual pada tanggal 1 Mei, dimana para tetua adat melakukan upacara di gunung gunung dan melakukan arak arakan menuju desa nelayan Lamalera. Babi dipotong untuk melengkapi pesta ini.

Pada tanggal 2 Mei dilakukan misa arwah di kapel Santo Petrus yang mungil di tepi pantai. Pastor mendoakan arwah arwah Lamafa - para pemburu paus yang tewas dari jaman dulu. Nama nama sanak saudara disebutkan , bahkan mereka yang tewas sejak seratus tahun yang lalu.

lamalera2

lamalera4

Pastur juga memberkati kapal paledang dan Johnson, yang akan digunakan dalam perburuan. Paledang adalah kapal yang digunakan untuk mengejar paus, berisi 12 – 14 awak pendayung, 1 orang juru tikam – Lamafa – dan 1 orang pemandu.

Sedangkan Johnson berupa kapal berukuran lebih kecil, dengan mesin boat. Karena dulu banyak menggunakan mesin bermerk ' Johnson ' maka hingga kini tetap di sebut Johnson, walau mesin tempel yang dipakai bermerk ' Yanmar ' atau merk lain.

Johnson biasanya digunakan sebagai kapal yang membayang bayangi Paledang dari kejauhan. Bisa menjadi kapal emergency jika terjadi sesuatu dengan paledang. Kapal Johnson tidak mendekati paus.

Setelah misa, para penduduk membuat kapal kapal miniatur yang diisi oleh lilin kemudian di larung ke laut lepas. Suasana benar mengharukan ketika Pastur berjalan ketepi pantai bersama para warga. Beberapa merapal doa doa sambil menatap lilin lilin yang terombang ambing gelombang sampai di kejauhan.

Pemburu Paus copyA

Perburuan paus di Lamalera memakai sistem giliran, setiap waktu berganti ganti paledang yang melaut. Ada sekitar 15 marga / keluarga di Lamalera yang masing masing memiliki Paledang yang diberi nama sendiri sendiri.

Hari ini jatah diberikan kepada Paledang " Karunia Ilahi "Para awak kapal mendayung sekuat tenaga menuju sasaran sambil menyanyikan Hilibe , teriakan pembakar semangat.Juru pandu atau asisten Lamafa memberi aba aba kepada lamafa untuk bersiap siap dengan tombaknya. Untuk berburu ikan paus menggunakan tombak yang berbeda dengan yang digunakan untuk ikan pari atau manta.

Pertempuran laut adalah perjuangan hidup dan mati. Juru tikam atau Lamafa meloncat dengan mengenggam erat tombak yang terhunus. Dengan segenap daya dan kekuatan ia menghujamkan tombak di ikan paus.
Hewan yang kesakitan ini akan meronta dan mengibaskan ekornya. Banyak kasus kematian misalnya Lamafa tertimpa hempasan ekor paus yang berat, atau dia terbelit tali yang menempel di tombak dan dibawa paus ke dasar laut.

Jika paus mengamuk bisa membalikan paledang dan seluruh isi kapalnya.
Setelah menancapkan tombak, lamafa akan berenang menuju paledang dan mengambil tombak lainnya. Ia kembali melompat dan menancapkan ke punggung paus. Selanjutnya perjuangan antara Paus yang meronta ronta dengan Paledang yang menahannya. Jika dibutuhkan, dan paus terlalu kuat, maka paledang paledang lain akan datang membantu.

Begitu paus menyerah maka seluruh awak kapal berteriak ' Hirkae ' dan paus ditarik ke pantai. Selama perjalanan menuju pantai , Lamafa terus menghujamkan pisau atau parangnya ke badan paus yang tergeret di sisi kapal. Ini untuk membuat paus cepat mati karena kehabisan darah. Cairan merah muda memenuhi laut yang biru pekat.

lamalera3

Daging paus memiliki nilai yang tinggi bagi masyarakat Lamalera. Ada sistem sosial yang dipatuhi oleh seluruh masyarakat,bahwa daging paus harus di bagi ke seluruh penduduk desa. Jadi tidak hanya mereka yang menangkapnya.
Pola pembagiannya adalah. Ikan dibagi menjadi 3 potongan besar, yang akan menjadi jatah tuan tanah, awak perahu dan suku pemilik perahu.

Tuan tanah adalah sesepuh , tetua adat dan penduduk asli Lamalera mendapat jatah kepala ikan. Sisanya perut dan ekor untuk golongan lainnya. Tahap selanjutnya masing masing potongan dibagi lagi sesuai kontribusi dan peran masing masing orang dalam proses perburuan. Setelah itu ,mereka lalu akan membaginya kepada sanak saudara atau tetangga disebelah rumahnya tanpa kecuali.

Selain daging, masyarakat Lamalera memanfaatkan minyak paus untuk bahan bakar lampu. Mengingat listrik masih menjadi sesuatu yang langka di desa ini. Umumnya listrik menyala setelah jam 6 sore, itupun terbatas.
Di atas pegunungan ada desa yang dinamakan Wulandoni, disana setiap hari Sabtu sering dilakukan pasar barter. Banyak pendatang membawa barang barang seperti jagung, pisang sampai bahan bahan kebutuhan rumah tangga yang ditukarkan dengan daging paus.

lamalera6

Masyarakat Lamalera percaya dengan lautan yang menjaganya. Mereka menganggap sakral perburuan ini. Mereka menghormati teluk yang terhampar di depannya. Pembuatan kapal paledang juga harus memenuhi persyaratan tertentu. Seperti jenis kayu yang dipakai, dan pantangan menggunakan paku untuk merapatkan antar bagian.

Sebagai pencinta laut dan isinya, saya memang tidak tega melihat ' pembantaian ' disini. Saya sempat melihat seekor lumba lumba tertangkap dan saya menolak melihat atau memotretnya dipotong potong di pantai.
Kami tahu ini tradisi yang membuat mereka bisa bertahan hidup selama ratusan tahun, bahkan lebih. Kita harus menghormati pilihan mereka, karena perburuan ini hanya untuk hidup, bukan industri.

Sampai hari terakhir kami di Lamalera, kami melihat tradisi yang selalu terjaga. Anak anak kecil berebutan memakan mentah mentah mata ikan terbang yang biasa ditangkap nelayan. Katanya ini akan membuat mata mereka tajam, yang berguna untuk melihat ikan paus dikejauhan.

Sebuah cita cita menjadi lamafa sejak usia anak anak. Untuk menjadi pemburu paus sejati yang tidak pernah takut. Tidak juga kepada laut atau paus, Seperti yang tertulis di dinding ruang tamu milik Bapak Abel Bading, pemilik kios ' Felmina' .

" Setinggi langit di atas bumi, besarnya kasih setiaNya kepada orang orang yang takut akan Dia "

lamalera 8

lamalera 11

lamalera1



dedongkot-kotel 02 Nov, 2011


--
Source: http://dedongkot-kotel.blogspot.com/2011/11/tradisi-menangkap-ikan-paus-bagi-warga.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Share this history on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Berita Unik dan Aneh di Dunia Copyright © 2010 Designed by Dwi Isnein Evian Syah.Own Blog