- AS Terlibat Ketegangan Israel-Iran – Presiden AS, Donald Trump, pada Minggu (22/6) mengumumkan bahwa AS telah menyerang 3 fasilitas nuklir Iran; harga minyak +2,7% Senin (23/6) pagi.
- The Fed dan BI Pertahankan Suku Bunga – Bank sentral AS pada Rabu (18/6) waktu setempat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25–4,5%, sejalan dengan ekspektasi konsensus, seiring ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif AS.
- APBN 5M25: Defisit 0,1%, Belanja Mulai Meningkat – Beberapa poin penting termasuk: pendapatan negara turun, belanja negara mulai meningkat, dan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) batal diterapkan tahun ini.
|
|
|
AS Terlibat Ketegangan Israel-Iran
|
- Presiden AS, Donald Trump, pada Minggu (22/6) mengumumkan bahwa AS telah melancarkan serangan terhadap 3 fasilitas nuklir Iran.
- Merespons serangan AS tersebut, parlemen Iran dilaporkan mendukung rencana penutupan Selat Hormuz, yang merupakan jalur pelayaran untuk sekitar 20% pasokan minyak global setiap hari. Meski demikian, keputusan akhir untuk menutup selat tersebut berada di tangan dewan keamanan nasional Iran.
- Selain itu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan bahwa negaranya tengah mempertimbangkan semua opsi untuk menanggapi serangan AS. Di sisi lain, Trump memperingatkan bahwa jika Iran membalas serangan kepada aset–aset AS, maka AS akan menanggapi balik dengan kekuatan yang lebih besar dibanding serangan awalnya.
- Menyusul serangan tersebut, harga minyak Brent berjangka untuk kontrak Agustus 2025 naik +2,7% ke level US$79,07/barrel pada perdagangan Senin (23/6) pagi.
|
The Fed dan Bank Indonesia Kompak Pertahankan Suku Bunga |
- Bank sentral AS, The Fed, pada Rabu (18/6) waktu setempat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25–4,5%, sejalan dengan ekspektasi konsensus, seiring ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif AS.
- The Fed masih memperkirakan suku bunga AS akan turun sebanyak 50 bps hingga akhir 2025, mengindikasikan pemangkasan sebanyak 2 kali dengan asumsi pemotongan masing–masing sebesar 25 bps.
- Meski proyeksi tersebut tidak berubah dari proyeksi sebelumnya yang dirilis pada Desember 2024 dan Maret 2025, dot plot dalam proyeksi terbaru menunjukkan adanya perpecahan suara di antara anggota The Fed.
- Sementara itu, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI Rate di level 5,5% pada Rabu (18/6), dengan deposit facility dan lending facility juga masing–masing dipertahankan di level 4,75% dan 6,25%.
|
Kementerian Keuangan kembali menggelar briefing terkait realisasi APBN 2025 pada Selasa (17/6). Berikut beberapa poin penting dari briefing tersebut: - Pendapatan negara selama 5M25 turun -11,4% YoY, sehingga baru mencapai 33% dari target APBN 2025 (vs. 5M24: 40%). Penurunan ini utamanya disebabkan oleh penerimaan pajak yang melemah -10,1% YoY.
- Sementara itu, belanja negara selama 5M25 juga turun sekitar -11% YoY dan baru mencapai 28% dari target APBN 2025 (vs. 5M24: 34%). Penurunan ini terjadi di tengah inisiatif efisiensi yang mulai diperintahkan Presiden Prabowo Subianto sejak Januari 2025.
- Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Djaka Budi Utama, mengatakan bahwa cukai atas minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tidak akan diterapkan tahun ini, meski ke depannya masih mungkin akan diterapkan. Djaka tidak memaparkan alasan di balik penundaan tersebut.
|
|
|
Ketegangan geopolitik kembali mencuat setelah Presiden AS, Donald Trump, mengonfirmasi serangan militer ke tiga fasilitas nuklir Iran. Potensi eskalasi membayangi pasar global setelah Iran mempertimbangkan penutupan Selat Hormuz, jalur kritikal yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak dunia. Pasar merespons dengan harga minyak Brent melonjak +2,7% dan bursa Asia melemah serentak. Jika penutupan Selat Hormuz benar-benar terjadi atau konflik berlanjut, pasar akan dihadapi dua risiko utama: - Lonjakan harga minyak yang lebih lanjut → memicu inflasi energi global.
- Flight to safety → investor beralih ke aset aman seperti US Treasury, yang dapat menekan yield jangka pendek.
Di tengah ketegangan ini, The Fed dan Bank Indonesia memilih mempertahankan suku bunga dalam pertemuan masing-masing menunggu kejelasan arah inflasi dan geopolitik sebelum melakukan normalisasi kebijakan lebih lanjut. Sementara itu, dari dalam negeri, realisasi APBN 5M25 menunjukkan kontraksi baik di sisi pendapatan maupun belanja, namun defisit tetap terkendali di 0,1%. Hal ini memberikan ruang fiskal untuk merespons gejolak global jika diperlukan—meski tetap dengan pendekatan efisiensi. Kondisi geopolitik yang cepat berubah membuktikan kembali bahwa market timing sulit dilakukan secara konsisten. Investor dapat mempertimbangkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) untuk menjaga disiplin investasi dan menghindari reaksi emosional jangka pendek. - Investor dengan profil risiko rendah (risk averse) disarankan memperbesar eksposur ke Reksa Dana Pasar Uang untuk stabilitas portofolio.
- Sementara itu, bagi investor berprofil risiko moderat, alokasi ke Reksa Dana Obligasi bisa menjadi pilihan menarik untuk investasi jangka panjang, terutama jika ketidakpastian geopolitik mendorong permintaan obligasi pemerintah.
|
*Data return reksa dana per 20 Juni 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan. Reksa Dana bertanda petir bisa dicairkan secara instan.
|
|
|
Indonesia Kembali Catatkan Foreign Outflow di Saham dan Obligasi |
Sumber: Bloomberg per 20 Juni 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 18 Juni 2025
|
|
|
TPIA: Danantara & INA Rencana Jadi Investor di Pabrik CA-EDC — BPI Danantara dan Indonesia Investment Authority (INA) mengatakan pada Selasa (17/6) bahwa mereka telah menandatangani nota kesepahaman senilai 800 juta dolar AS dengan Chandra Asri Pacific ($TPIA). Dalam nota kesepahaman ini, Danantara dan INA akan menjajaki kemungkinan untuk masuk sebagai investor baru dalam proyek pabrik klor–alkali dan etilen diklorida (CA–EDC). CDIA: Anak Usaha TPIA, IPO dengan Valuasi Rp21–24 T — Anak usaha Chandra Asri Pacific ($TPIA), Chandra Daya Investasi ($CDIA), mengumumkan akan melaksanakan IPO dengan menawarkan hingga 12,5 miliar (10%) saham baru di kisaran harga Rp170–190 per saham. Hal ini mengimplikasikan target perolehan dana sekitar 2,1–2,4 triliun rupiah, dengan market cap sekitar Rp21–24 triliun. |
|
|
Writer: Bibit Investment Research Team Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual produk tertentu. |
|
|
Email ini dikirim oleh PT Bibit Tumbuh Bersama, Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi investor yang menggunakan APERD PT Bibit Tumbuh Bersama dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan PT Bibit Tumbuh Bersama. Reksa dana merupakan produk pasar modal dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas risiko pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Semua investasi mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan. Kinerja historikal, keuntungan yang diharapkan dan proyeksi probabilitas disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi.
Untuk informasi lebih lanjut, klik di sini.
|
Copyright © 2024. All rights reserved. |
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar