- Ketegangan Israel-Iran Mencuat – Israel menyerang Iran pada Jumat (13/6) dan kedua negara masih saling menyerang hingga Senin (16/6).
- Kesepakatan Final AS-China Semakin Dekat – Pemerintah AS dan China telah menyepakati framework kesepakatan perdagangan yang masih akan di–review oleh presiden dari kedua negara.
- Bank Dunia Revisi Outlook Pertumbuhan – Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dunia akibat ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan.
|
|
|
Ketegangan Israel-Iran Memanas |
- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Jumat (13/6), mengumumkan bahwa militer Israel telah melancarkan serangan ke Iran – menyasar fasilitas nuklir, militer, dan rudal balistik – untuk mencegah pengembangan senjata nuklir lebih lanjut.
- Serangan tersebut menewaskan panglima tertinggi Islamic Revolutionary Guard Corps Iran, Hossein Salami, serta kepala staf dan ilmuwan nuklir senior.
- Hingga Senin (16/6), Israel dan Iran masih terlibat dalam aksi saling serang.
- Menyusul serangan Israel ke Iran, harga minyak Brent berjangka untuk kontrak Agustus 2025 sempat melonjak hingga +13,17% ke level 78,5 dolar AS per barrel pada Jumat (13/6). Pada hari yang sama, harga emas di pasar spot juga naik hingga +1,88%.
|
Kesepakatan Final AS-China Semakin Dekat
|
- Pemerintah AS dan China pada Selasa (10/6) mengumumkan bahwa kedua negara telah menyepakati framework kesepakatan perdagangan yang masih akan di–review oleh presiden dari kedua negara.
- Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan bahwa framework tersebut akan mencakup percepatan ekspor logam rare earth dan magnets dari China untuk industri otomotif dan pertahanan AS.
- Sementara itu, AS akan melonggarkan ekspor sejumlah komoditasnya ke China, meski Lutnick tidak merincinya lebih lanjut.
- Sebelumnya, AS dan China mencapai kesepakatan sementara bulan lalu yang mencakup penurunan tarif impor masing–masing sebesar 115 percentage point selama 90 hari.
| Bank Dunia Revisi Outlook Pertumbuhan
|
- Bank Dunia dalam outlook Juni 2025 memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi +4,7% YoY (2025) dan +4,8% YoY (2026), turun masing–masing -0,4 dan -0,3 percentage point dibandingkan outlook Januari 2025.
- Proyeksi pertumbuhan ekonomi global juga dipangkas menjadi +2,3% YoY (2025) dan +2,4% YoY (2026), turun masing–masing -0,4 dan -0,3 percentage point dibandingkan outlook Januari 2025.
- Pemangkasan proyeksi ini dipengaruhi oleh peningkatan tensi perdagangan dan berlanjutnya ketidakpastian kebijakan ekonomi global.
- Sebelumnya, Organisation for Economic Co–operation and Development (OECD) juga menurunkan estimasi pertumbuhan Indonesia ke +4,7% (2025) dan +4,8% (2026), serta global ke +2,9% untuk kedua tahun tersebut.
|
|
|
Narasi pasar yang terus berubah kembali membuktikan bahwa market timing tidak mudah. Investor dapat mempertimbangkan dollar cost averaging (DCA) untuk menjaga investasi agar tetap disiplin dan menghindari keputusan yang bersifat emosional. Selain itu, volatilitas pasar dapat menjadi momen yang tepat bagi investor untuk mengevaluasi apakah alokasi portofolio saat ini sudah sesuai dengan profil risiko yang dimiliki. Investor yang cenderung risk averse dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan alokasi pada: - Reksa Dana Pasar Uang dengan performa yang naik secara stabil & bebas pajak.
- Obligasi Negara Ritel SR022 yang menawarkan imbal hasil tetap (fixed rate) sebesar 6,55% per tahun dan cair setiap bulan. SR022 masih dapat dibeli hingga 18 Juni 2025 pukul 12.00 WIB.
Sementara itu, investor dengan profil risiko moderat dapat mengalokasikan lebih banyak proporsi aset di Reksa Dana Obligasi yang secara historis naik dalam jangka panjang. |
*Data return reksa dana per 13 Juni 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan. |
🚨 2 Hari Lagi SR022 Berakhir, Kuota Menipis Sisa <5% |
Tenor 3 Tahun | Imbal Hasil Fixed Rate 6,45% per Tahun |
Tenor 5 Tahun | Imbal Hasil Fixed Rate 6,55% per Tahun |
|
|
IHSG: Foreign Inflow Setelah Outflow Rp4,6 T Minggu Sebelumnya |
Sumber: Bloomberg per 13 Juni 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 12 Juni 2025
|
|
|
China Berpotensi Pangkas Impor Batu Bara Kualitas Rendah — Bloomberg melaporkan kemungkinan China memangkas impor batu bara kualitas rendah, memberi sentimen negatif bagi Indonesia. Harga batu bara Indonesia sendiri terendah dalam 4 tahun di tengah lonjakan suplai domestik China dan India. |
|
|
Writer: Bibit Investment Research Team Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual produk tertentu. |
|
|
Email ini dikirim oleh PT Bibit Tumbuh Bersama, Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi investor yang menggunakan APERD PT Bibit Tumbuh Bersama dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan PT Bibit Tumbuh Bersama. Reksa dana merupakan produk pasar modal dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas risiko pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Semua investasi mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan. Kinerja historikal, keuntungan yang diharapkan dan proyeksi probabilitas disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi.
Untuk informasi lebih lanjut, klik di sini.
|
Copyright © 2024. All rights reserved. |
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar