- BI Rate Turun ke 5% – Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan tidak berubah, sekaligus menandai penurunan 100 bps sejak awal 2025.
- Powell Isyaratkan Buka Peluang Pangkas Suku Bunga – Powell mengatakan bahwa risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat, sementara dampak tarif terhadap inflasi diperkirakan berlangsung sementara.
- CPO Tembus RM4.500, Tertinggi dalam 5 Bulan – Kenaikan harga didorong oleh kuatnya permintaan dari China dan India, serta pengetatan pasokan dari Indonesia.
|
| |
- Bank Indonesia (BI) pada Rabu (20/8) memangkas suku bunga BI Rate sebesar 25 bps ke level 5%, di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan tidak berubah.
- Dengan keputusan ini, BI telah memangkas BI Rate sebanyak 100 bps sejak awal 2025.
- Bloomberg melaporkan bahwa keputusan untuk memangkas suku bunga dalam 2 bulan beruntun di tengah pertumbuhan ekonomi pada 2Q25 yang melampaui ekspektasi mengindikasikan bahwa BI sedang mengarahkan kebijakannya untuk lebih dekat kepada target pemerintah ke depan, di mana RAPBN 2026 menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar +5,4% YoY.
- Perry menyebut bahwa pihaknya saat ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2025 akan mencapai +5,1% YoY, berada di atas titik tengah dari proyeksi bank sentral tersebut di kisaran +4,6–5,4% YoY.
|
Powell Isyaratkan Buka Peluang Pemangkasan Suku Bunga |
- Kepala The Fed, Jerome Powell, dalam pidatonya pada Jumat (22/8) waktu setempat memberikan sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga AS pada pertemuan September 2025.
- Powell mengatakan bahwa berdasarkan baseline outlook dari The Fed, risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat. Sementara itu, dampak tarif terhadap inflasi diperkirakan berlangsung sementara.
- Pertemuan The Fed sendiri akan berlangsung pada 16–17 September 2025. Sebelum pertemuan tersebut, data bulanan tenaga kerja AS akan rilis pada 5 September 2025, diikuti dengan rilis data inflasi bulanan pada pekan selanjutnya.
|
- Harga CPO untuk kontrak November 2025 menguat ke level 4.520 ringgit Malaysia per ton per Selasa (19/8), menandai level tertinggi dalam 5 bulan terakhir.
- Direktur Penjualan Manzoor Trading, Abdul Hameed, mengatakan bahwa kenaikan harga CPO didorong oleh kuatnya permintaan dari China dan penyetokan kembali oleh India menjelang festival Diwali pada Oktober 2025.
- Dari sisi suplai, kenaikan harga CPO didukung oleh pengetatan pasokan dari Indonesia seiring rencana implementasi campuran biodiesel yang lebih tinggi (B50) dan penyitaan lahan sawit ilegal.
- Malaysian Palm Oil Board (MPOB) memproyeksikan bahwa program B50 akan mendorong tambahan permintaan CPO di Indonesia sebesar 3 juta ton per tahun pada 2026, lebih besar dibandingkan total kenaikan pasokan global yang diprediksi hanya akan tumbuh 1,6 juta ton.
|
|
|
Tren pemangkasan suku bunga dan ekspektasi akselerasi belanja pemerintah berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi mulai dari 2H25. Bank Indonesia sendiri memperkirakan bahwa The Fed masih akan memangkas suku bunga sebanyak 2x lagi hingga akhir tahun ini, masing–masing sebesar 25 bps, sehingga dapat memberikan ruang bagi penurunan lanjutan BI Rate.
Sementara itu, probabilitas pemangkasan suku bunga AS pada pertemuan September 2025 meningkat dari ~85% pada sepekan yang lalu menjadi ~89% per hari ini, Senin (25/8), merespons pidato Powell.
Di tengah tren penurunan suku bunga, investor dapat mempertimbangkan produk Reksa Dana Obligasi yang harganya cenderung berkorelasi terbalik dengan suku bunga pasar. Ketika ekspektasi suku bunga turun, harga obligasi jadi naik sehingga mendorong kinerja Reksa Dana Obligasi. |
Top Reksa Dana Obligasi di Bibit
|
*Return reksa dana per 22 Agustus 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan. |
Selain itu, investor dapat mempertimbangkan SBN Retail SR023 untuk stabilkan portofolio: - Imbal hasil fixed rate, tetap stabil sampai jatuh tempo.
- Imbal hasil cair tiap bulan langsung ke RDN, jadi passive income rutin.
- Pajak lebih rendah dari deposito (pajak SBN 10% dan pajak deposito 20%).
SR023 bisa dibeli di Bibit hingga 15 September 2025. Segera amankan kuotamu sekarang! |
Tenor 3 Tahun | Imbal Hasil Fixed Rate 5,80% per Tahun |
Tenor 5 Tahun | Imbal Hasil Fixed Rate 5,95% per Tahun |
|
|
Yield Obligasi Pemerintah Indonesia Lanjutkan Tren Penurunan
|
Sumber: Bloomberg per 22 Agustus 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 21 Agustus 2025 |
|
|
Ini Potensi Return yang Hilang Jika Kamu Menunda Investasi – Self control bias menggambarkan perilaku seseorang kesulitan menahan keinginan jangka pendek dan mengorbankan tujuan jangka panjang. Padahal memulai investasi sejak dini, meskipun dengan nominal kecil, bisa memberikan keuntungan optimal dengan efek compounding. Net Return SR023 Lebih Tinggi 63% dari Deposito Bank –
Sukuk Ritel SR023 memberikan imbal hasil 5,80% per tahun, sedangkan bunga deposito yang dijamin LPS maksimal sebesar 4% p.a. Pajak SBN juga lebih rendah, membuat net return SR023 lebih tinggi dari deposito. |
🏗️ Nilai Kontrak Baru Emiten Konstruksi Turun pada 7M25 – Berdasarkan 1) pertumbuhan nilai kontrak baru secara tahunan serta 2) pencapaian terhadap target 2025 dibandingkan dengan tren pencapaian pada tahun lalu, kinerja kontrak baru ADHI paling lemah, sedangkan PTPP membukukan kinerja yang relatif paling baik. 👷 PACK: Rights Issue untuk Akuisisi Saham Tambang Nikel – $PACK berencana menggelar rights issue dalam bentuk penerbitan obligasi wajib konversi (OWK), yang nantinya dapat dikonversi menjadi saham baru hingga 35 miliar lembar, dengan efek dilusi hingga 95,58%. |
|
|
Writer: Bibit Investment Research Team Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual produk tertentu. |
|
|
Email ini dikirim oleh PT Bibit Tumbuh Bersama, Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi investor yang menggunakan APERD PT Bibit Tumbuh Bersama dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan PT Bibit Tumbuh Bersama. Reksa dana merupakan produk pasar modal dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas risiko pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Semua investasi mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan. Kinerja historikal, keuntungan yang diharapkan dan proyeksi probabilitas disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi.
Untuk informasi lebih lanjut, klik di sini.
|
Copyright © 2024. All rights reserved. |
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar