Kamis, 10 November 2011

Waspada Penyakit Hipokrit Ada di Sekitar Kita..!!!

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Dilihat dari KBBI, Hipokrit diartikan munafik , orang yangberpura-pura. Tapi, yang aku bingung, kenapa Hipokrit bisa dianggapsebagai wabah penyakit jiwa dalam ilmu kejiwaan. Bukankah pada dasarnyaemang hidup manusia sering berada dalam keadaan kemunafikan/kepura-puraan / dengan topeng? Saat kita akan mencapai sesuatu ataumendapatkan sesuatu atau menyenangkan seseorang ,mungkin sifat iniotomatis akan muncul dengan sendirinya. Sejauh mana kemunafikan itubisa dikatakan sebagai suatu penyakit jiwa ?

Dalam kamus Oxford Advanced Learner's, kata "Hypocrite" didefinisikansebagai "a person who pretends to have moral standards or opinions thatthey do not actually have (hipokrit adalah orang yang berpura-puramempunyai standar/patokan moral atau opini yang sebenarnya tidakdimilikinya). Disederhanakan sebagai orang yang mempunyai perbedaanantara apa yang dikatakannya dengan perbuatan aktualnya. Sosok ataufigur manusia hipokrit, dalam pandangan ilmu jiwa modern, adalah sosokyang sedang sakit. Cirinya : - Ia mendustai dirinya dengan menggunakankedok dan memperdaya orang lain dengan tujuan orang lain menerima danmenghargainya , bisa menyebar fitnah dan gelisah melihat orang lainmelebihi dia dan mendapatkan kebaikan / keuntungan , plin plan danpunya sifat menonjol cari muka ( bersifat ulitarian )
.
Pemicu utama munculnya sifat hipokrit ini, misalnya "cari muka",sebagaimana dituturkan pakar ilmu jiwa, adalah karena takut dan tamak.Mencari muka merupakan penyakit jiwa dan sosial yang berkembang suburbagaikan wabah penyakit di tengah masyarakat dalam era/masa kemunduran.yaitu masa di mana banyak orang yang malah menjauhi dan mengendorkanpegangannya terhadap agamanya.

Dalam konteks agama islam hipokrit dikenal dengan sebutan riya', riyaadalah berbuat kebaikan dengan maksud pamer kepada manusia agar orangmengira dan memujinya sebagai orang yang baik atau gemar beribadahseperti shalat, puasa, sedekah, dan sebagainya.

Ciri-ciri riya:
Orang yang riya berciri tiga, yakni apabila di hadapan orang dia giattapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalamsegala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabilaberbicara bohong, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati diaberkhianat. (HR. Ibnu Babawih).
Orang yang riya', maka amal perbuatannya sia-sia belaka.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepadamanusia" [QS. Al-Baqarah: 264]

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orangyang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya" [Al Maa'uun 4-6]

Riya membuat amal sia-sia sebagaimana syirik. (HR. Ar-Rabii')
Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. (HR. Ahmad dan Al Hakim)

Imam Al Ghazali mengumpamakan orang yang riya itu sebagai orang yangmalas ketika dia hanya berdua saja dengan rajanya. Namun ketika adabudak sang raja hadir, baru dia bekerja dan berbuat baik untuk mendapatpujian dari budak-budak tersebut.

Nah orang yang riya juga begitu. Ketika hanya berdua dengan Allah SangRaja Segala Raja, dia malas dan enggan beribadah. Tapi ketika adamanusia yang tak lebih dari hamba/budak Allah, maka dia jadi rajinshalat, bersedekah, dan sebagainya untuk mendapat pujian para budak.Adakah hal itu tidak menggelikan?

Dalam dunia yang serba modern ini, kecenderungan hidup masyarakat tidak dapat dipisahkan dari arus zaman yang sedang berubah.

Mereka dipaksa oleh arus itu untuk menentukan pilihan antara berdiamdiri atau berkompetisi. Risikonya hanya bagi yang siap berkompetisi danmenang telah mendapatkan margin keuntungan dengan amat memuaskan.Sementara yang berdiam diri bersifat pasif menerima kenyataan yangdialaminya. Namun, ketika keduanya saling membutuhkan maka akan munculdi dalamnya dua kondisi secara bersamaan, yaitu sikap ketergantungandengan sikap pragmatisme. Seperti sudah diketahui bahwa sikap hiduppragmatisme adalah sikap hidup tanpa landasan etik, yang terpentingbaginya menerima suatu manfaat yang diuntungkan, maka perlahan lahantapi pasti, sikap hidup pragmatisme tadi cendrung berbuat hipokrit danbahkan dapat menghalalkan segala cara.

Kenyataan di atas merupakan bagian dari gaya hidup modern yang hinggasekarang masih merupakan persoalan yang menuntut pemecahan serius. Gayahipokrit yang menampilkan kepura-puraan (kemunafikan) tampaknya akanmenimpa kepada siapa saja yang tidak konsisten berpegang pada moral.Sikap hipokrit ini bisa saja tidak hanya menimpa pada orang biasa,tetapi juga pada orang-orang yang dipandang terhormat.

Kita masih ingat dengan pesta demokrasi yang baru baru ini dilaksanakantelah melibatkan para kandidat wakil rakyat maupun capres dancawapresnya dengan para pendukungnya yang datang dari berbagai latarbelakang. Bahkan turut serta di dalamnya beberapa komponen tokoh agama.Dari pengamatan sepintas, sebagian para tokoh yang terlibat memangterdapat yang sungguh-sungguh bekerja untuk pemilu demi nasib rakyatdalam membangun negara. Akan tetapi, perkembangan berikutnya tedapatgejala perilaku yang tidak proporsional dari sebagian mereka, yaitudengan mengadakan pekerjaan tiba-tiba yang sebelumnya bukan merupakanbagian dari habitat kehidupannya. Mereka mengunjungi desa-desa menyapamasyarakat dengan bermuka teduh dan senyum simpul untuk memberikansumbangan ke masjid dan pesantren-pesantren. Masyarakat pun bergembiramendapat perhatian dan segera berharap pada mereka (para kandidat dantokoh tokoh pendukung) untuk konsisten membantu memenuhi aspirasinya.

Namun, harapan tinggal harapan, masyarakat pada akhirnya kecewa karenapara tokoh tadi tidak lagi konsisten memenuhi aspirasi masyarakat. Paratokoh itu bersemangat membantu masyarakat sebatas masih punyakepentingan, tetapi setelah kepentingan para tokoh berakhir denganmencapai kedudukan puncak, masyarakat ditinggal tidak dipedulikan lagi.Mrereka (para tokoh) kembali menekuni habitatnya semula yaitu menjauhimasyarakat dengan sifat-sifat tidak sosial dan arogannya. Jadi,jelaslah kedekatan para tokoh tadi dengan masyarakat salami ini hanyauntuk menunjukkan sikap kemunafikan dan kepura-puraan (hipokrit).Sementara masyarakat sendiri secara tidak lansung telah didik oleh paratokoh tersebut untuk bersikap paragmatis dalam memenuhi kepentingannya.


dedongkot-kotel 11 Nov, 2011


--
Source: http://dedongkot-kotel.blogspot.com/2011/11/waspada-penyakit-hipokrit-ada-di.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

Share this history on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Berita Unik dan Aneh di Dunia Copyright © 2010 Designed by Dwi Isnein Evian Syah.Own Blog