- Update Negosiasi Tarif AS dan Deregulasi Impor – Indonesia dikabarkan akan menandatangani MoU dengan AS pada Senin (7/7) dan telah menerbitkan aturan dalam rangka deregulasi kebijakan impor; Vietnam–AS telah capai kesepakatan dagang.
- Update APBN 1H25 dan RAPBN 2026 – Pendapatan negara menurun -9% YoY, defisit diperkirakan melebar, dan asumsi pertumbuhan ekonomi 2025 turun.
- Terjaganya Ruang Pemangkasan BI Rate – Inflasi rendah dan neraca perdagangan yang suportif bagi rupiah buka peluang penurunan suku bunga.
|
| |
Update Negosiasi Tarif AS dan Deregulasi Impor |
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa Indonesia akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) senilai 34 miliar dolar AS pada Senin (7/7) untuk investasi dan impor barang dari AS.
- Paket tersebut merupakan bagian dari negosiasi tarif dengan AS. Sebelumnya, Indonesia dikenakan tarif 32% pada April 2025. Airlangga mengharapkan langkah ini menghasilkan kesepakatan perdagangan yang lebih baik dibandingkan kesepakatan AS–Vietnam yang diumumkan Trump sebagai berikut:
- AS akan mengenakan tarif 20% terhadap impor dari Vietnam,
- AS akan mengenakan tarif 40% terhadap barang dari negara lain yang diangkut melalui Vietnam, dan
- Vietnam akan mencabut semua tarif pada impor AS.
- Kementerian Perdagangan juga menerbitkan sejumlah peraturan dalam rangka deregulasi kebijakan impor dan kemudahan berusaha yang disebut Airlangga sejalan dengan perundingan AS–Indonesia terkait non–barrier tariff.
- Trump menyatakan bahwa pihaknya akan mengirim surat kepada 12 negara pada Senin (7/7) terkait rencana tarif atas barang impor dari negara-negara tersebut ke AS.
|
Update APBN 1H25 dan RAPBN 2026 |
- Pendapatan negara turun seiring menurunnya penerimaan pajak (-7% YoY), sementara belanja negara mulai meningkat dibanding 5M25 (-11% YoY) akibat pembukaan pemblokiran anggaran pasca–inisiatif efisiensi anggaran.
- Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan bahwa defisit APBN diproyeksikan melebar menjadi 2,78% terhadap PDB (vs. proyeksi awal: 2,53% terhadap PDB).
- Mempertimbangkan dinamika perekonomian global dan realisasi 2025, pemerintah merevisi turun pertumbuhan ekonomi 2025 menjadi +4,7–5% YoY dari yang sebelumnya +5,2% YoY.
- Terlebih lagi, asumsi pertumbuhan ekonomi dalam R–APBN 2026 adalah +5,2–5,8% YoY.
|
Terjaganya Ruang Pemangkasan BI Rate |
- BPS mencatat inflasi Indonesia pada Juni 2025 sebesar 1,87% YoY (vs. Mei 2025: 1,6% YoY, Juni 2024: 2,51% YoY), lebih tinggi dari ekspektasi konsensus di 1,83% YoY.
- BPS juga mencatat bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 4,3 miliar dolar AS pada Mei 2025 (vs. April 2025: 158,8 juta dolar AS, Mei 2024: 2,9 miliar dolar AS), melampaui ekspektasi konsensus yang memperkirakan surplus 2,4 miliar dolar AS.
- Di tengah turunnya ekspektasi pertumbuhan ekonomi 2025, angka inflasi yang rendah dan neraca perdagangan yang suportif bagi nilai tukar rupiah berpotensi memberikan ruang lebih bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga.
|
|
|
Pasar menanti pengumuman kesepakatan tarif AS minggu ini, mengingat deadline negosiasi tarif AS dengan mitra dagang jatuh pada Rabu, 9 Juli 2025. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan bahwa tarif akan mulai berlaku per 1 Agustus 2025. Hasil kesepakatan dagang dapat memberikan volatilitas pasar dalam jangka pendek. Sementara itu, kami menilai penurunan ekspektasi ekonomi Indonesia pada tahun ini sudah priced in karena berbagai institusi seperti IMF, World Bank, dan OECD telah merevisi turun ekspektasi mereka sebelum pemerintah Indonesia mengumumkan penyesuaian ekspektasi. Menurunnya ekspektasi pertumbuhan ekonomi 2025, inflasi yang rendah, serta surplus neraca perdagangan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga. - Konsensus Bloomberg sendiri memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas suku bunga sebanyak 50 bps lagi ke level 5% hingga akhir 2025.
- Ekspektasi ini juga tercermin pada pergerakan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang turun ke level 6,58%, 25 bps lebih rendah dibanding rate cut terakhir (21/5) dan 55 bps lebih rendah dibanding recent peak pasca pengumuman tarif "Liberation Day" (9/4).
Investor dengan profil risiko 'low–moderate risk' dapat mempertimbangkan aset investasi berikut: |
- Reksa Dana Obligasi: Cenderung diuntungkan dalam siklus pemangkasan suku bunga. Investor dapat investasi rutin dalam jangka panjang di Reksa Dana Obligasi yang secara historis mencatatkan 5Y return up to +38,7%.
- Reksa Dana Pasar Uang: Aset low risk yang memberikan return yang stabil dan likuiditas.
|
*Return reksa dana per 4 Juli 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
|
SBN Retail Seri SBR014 Bisa Dibeli Minggu Depan |
SBN Retail seri SBR014 yang bisa dibeli di Bibit pada masa penawaran mulai 14 Juli 2025 pukul 09.00 WIB dengan imbal hasil floating with floor. Ini berarti return bisa naik jika BI Rate naik, tapi tidak akan turun dari return minimumnya. |
|
|
Obligasi Pemerintah Kembali Catat Foreign Inflow |
Sumber: Bloomberg per 4 Juli 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 2 Juli 2025 |
|
|
The Cost of Waiting: Deposito dan Reksa Dana Pasar Uang — Banyak orang tak menyadari saat mencairkan dana deposito di luar periode yang sudah ditentukan, maka akan membuat return berjalan hangus & ada risiko penalti. Reksa Dana Pasar Uang bisa jadi pilihan yang lebih menguntungkan. Missing Just 2 Days Could Cut Your Return by 47% — Saat berinvestasi, kehilangan waktu beberapa hari saja bisa berdampak besar pada return dalam jangka panjang. Alih-alih menebak waktu terbaik, menerapkan Dollar Cost Averaging bisa menjadi strategi untuk raih return optimal. |
8 Emiten Siap IPO pada Juli 2025 – Bursa Efek Indonesia akan menerima 8 calon emiten baru pada Juli 2025. Ramainya IPO pada waktu yang bersamaan berdampak pada likuiditas perdagangan IHSG di mana nilai transaksi rata–rata IHSG 1 minggu hanya mencapai Rp8,8 triliun per hari (vs. rata–rata sebulan terakhir sebesar Rp14 triliun per hari). |
|
|
Writer: Bibit Investment Research Team Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual produk tertentu. |
|
|
Email ini dikirim oleh PT Bibit Tumbuh Bersama, Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi investor yang menggunakan APERD PT Bibit Tumbuh Bersama dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan PT Bibit Tumbuh Bersama. Reksa dana merupakan produk pasar modal dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas risiko pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh Manajer Investasi. Semua investasi mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan. Kinerja historikal, keuntungan yang diharapkan dan proyeksi probabilitas disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi.
Untuk informasi lebih lanjut, klik di sini.
|
Copyright © 2024. All rights reserved. |
|
|
|
0 komentar:
Posting Komentar